Social Icons

dengan menyebut nama Allah

29/02/12

Buku Harian Anggi

Namaku Anggi, saat ini usiaku 16tahun lewat, banyak perubahan yang terjadi pada diriku, tubuhku, pikiranku, kelakuanku.. Emosionalku sering tak terjaga, dan datang tak terduga. terasa begitu sulit, lebih sulit dari sebelumnya. Aku seperti tertekan, berbagai komentar teman-temanku membuatku risih, Sering kali ibuku menanyaiku berbagai hal yang membuatku merasa tertekan. Apalagi yang berkaitan dengan masa depan, entahlah.. jauh dan serasa belum perlu dipikirkan.
Tentang berpikir.. sebenarnya banyak yang telah aku pikirkan, banyak sekali.. sampai yang kecil dan nggak pentingpun. Mungkin sebagian pemikiranku bisa aku andalkan untuk menghadapi desakan-desakan baru yang membingungkan! Begitu  banyak perubahan yang terjadi dan benar-benar membingungkan. Dan aku pikir itupun terjadi pada teman-temanku. Yang lebih sulit lagi, perubahan itu terus terjadi. tak terkendali.. dan seperti ingin berpaling.
Bercermin.. memandangi tubuh.. hmm banyak yang berubah dari sebelumnya, aku merasakan beberapa bagian tubuhku membesar. Sebagian banyak perubahan dari tubuhku menjadi perhatian yang serius oleh ibuku. Banyak pengetahuan yang aku dapatkan darinya.
Tinggi tubuhku sedikit diatas rata-rata orang asia atau mungkin sama pada umumnya, yang jelas tidak kurus kaya paku maupun kurang gizi, meskipun  nggak montok.. sukurlah gigiku nggak berantakan, hidung jelas nggak mancung, tapi bentuknya lumayan menarik kata temanku sih.. Rambuku lurus sebahu dengan potongan sederhana, nggak neko-neko, kulitku agak sawo matang..tapi manis deh, sekali lagi kata temen-temenku.
Hmm.. serasa setiap bagian penampilanku menjadi pusat perhatian. Namun aku nggak terlalu yakin apakah aku menyukainya apalagi merasa bangga terhadap semua perubahan-perubahan yang terus terjadi tanpa kompromi.
Ada yang hampir  tak berubah.. pembawaanku.. meski aku dilanda emosi aku terbiasa bersikap tenang.. Mungkin dari banyaknya pemikiran-pemikiranku yang selalu menjalar-jalar, menembus keremangan, bergelora menggapai berbagai tantangan, bergelut dengan bacaan-bacaan yang menumpuk di rak-rak buku ayahku.
Mungkin sebagian teman-teman menganggap pemikiranku diatas kenormalan orang seusiaku. wow, bukankah itu baik.. Bukankah semua orang mengatakan kita harus bahagia dengan diri kita sendiri.. Apalagi yang ditudingkan oleh sebagian temanku adalah aku berada diatas rata-rata.. maksudku pemikiranku.. yah, meskipun penampilanku nggak tren-tren amat, setidaknya apa yang aku pikirkan adalah sesuatu yang lebih maju.. lagi pula bukankah orang yang mengikuti tren itu sebenarnya yang nggak bisa membawa jati diri dengan bijak, hanya mengikuti dan meniru.. yang menurutku nggak kreatif.
Setidaknya aku tahu bahwa ada sesuatu yang penting dalam diriku, dan aku mulai menyadarinya.. meskipun kenyataannya tidak sesederhana itu.
Sejak kecil aku diajari untuk selalu bersukur dengan apa yang ada pada diriku. Sedikit demi sedikit aku mulai mengerti apa makna sukur itu, sekilas hanya seperti untuk menyenangkan diri kita sendiri atau mengelabui hasrat kita, tapi tidak.. bukan begitu, itu hanya pemikiran negative yang meletup-letup.. dan hanya orang yang picik yang selalu mencari celah untuk menjauh dari kebaikan. Kita bukannya melenakan diri untuk mulai merasa bisa hidup dengan apa yang tidak disukai dalam diri kita, tapi kita ikhlas menerima dan bersukur dengan apa yang ada pada kita.
Sebagian  teman-temanku mengejek sebagian yang lain dengan mengatakan kekurangan-kekurangannya. Dan ditanggapi dengan berbagai tingkah yang tidak mengenakan.. sebagian gelisah dan tidak tenang dengan ejekan tersebut, yang terkadang menjadikan beban yang tak terpikirankan sebelumnya.
Bagiku semua itu hal yang sering aku remehkan, karena aku tidak berkepentingan dengan hal itu, tapi ketika hal itu menjadi beban temen-temanku, serasa aku ikut terlibat. Akupun jadi ikut bercermin dan membenahi diri sepatutnya, yang lebih lagi mencari-cari hal yang menjadi ejekan tadi.
Memantaskan diri di cermin, bukankah itu baik.. banyak yang harus disukuri ketika kita bercermin. meskipun aku sibuk melihat perubahan-perubahan yang terus terjadi pada tubuh ini, dan yang jelas perubahan tubuh dan hidup kita tak pernah sama lagi.
Ketika bercermin menatap mata, dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada diriku. Terkadang aku terhempas.. merasa kesepian. Sesekali ada rasa energi tidak terbatas lalu lunglai tanpa sebab. Tapi aku harus tangguh mengahadapinya, setidaknya itu kata ayahku, meski kadang tak berdaya dan benar-benar bingung.
Oh.. bukankah ini sebuah kehidupan..? bukankah yang terjadi semua itu menandakan keberadaanku dalam hidup ini, meniti sedikit demi sedikit. Merasakan yang sedang terjadi, mengamati perubahan.. aku bukan yang seperti aku yang sebelumnya.. aku mulai mendengar dengus nafasku,  degup jantungku, dan mengedik-ngedipkan mataku dengan sadar.
Walau aku belum pasti mau jadi apa nantinya aku.. Setidaknya aku bisa merasakan keberadaanku sekarang... melalui pengetahaunku yang terbatas saat ini, dengan berbagai kegalauan perasaan, yang diiringi was-was.. dan kebingungan.
Anehnya.. aku merasa seperti beruntung.. bisa selamat melewati masa-masaku dulu sampai saat ini.
Hmmm.. kemana saja aku selama ini?
Didepan cermin.. kucoba memahami diriku, tepatnya memperhatikan, kupandangi tubuh ini, kulebarkan jemariku dan kubolak-balikan, lalu kusentuh wajahku, ini adalah wajah satu-satunya yang kumiliki.. yang Tuhan beri yang  harus ku syukuri dank u miliki. Ya, mau tidak mau.
Aku merasa kali ini aku begitu detail memperhatikan semua bagian tubuh. Tubuhku satu ini, yang kumiliki.. Tubuh yang kubawa kemana aku pergi, tubuh yang mebalutku, dulu belum  berwujud, lalu berubah jadi bayi. Tumbuh.. dan sekarang seperti ini, tubuhku yang kupandangi didepan cermin saat ini.. Suatu saat bila bisa sampai..  tubuh ini menjadi tua dan mengeriput.. lalu mati..
Tubuhku yang harus kumiliki, mau tidak mau, yang setia sampai mati, yang semestinya harus kujaga dan kurawat.
Aku beruntung memiliki tubuh yang tumbuh normal, mekar dengan wajar, tentunya lebih mudah untuk menerima dan bersukur, ada orang yang mendapati tubuhnya tidak senormal orang lain, atau tumbuh tidak wajar, hingga harus berusaha sekuat mungkin untuk menerima dan memahami kondisi diri.
Menjadi sering bercermin, pandangi diri dengan seksama,  wajahku tak gampang berjerawat, yang sering kali menjadi momok temen-temenku. Ibuku sering memberi tahu perubahan-perubahan  yang akan dialami pada masa-masaku, hingga aku menjadi tidak terlalu kaget, meskipun ada rasa yang cukup aneh ketika melihat perubahan yang terjadi pada tubuhku. Meski kadang merasa terlalu diatur tapi nasehat-nasehat ibu selalu kuturuti, untuk menjaga sikap dan berpenampilan dengan wajar. Lagi pula aku memang tidak suka bersolek apalagi mengikuti trend seperti yang dilakukan sebagaian banyak teman sekolahku. Sebagian orang bilang masa remaja berkaitan dengan puber, mungkin ini sebutan buat para remaja yang gampang emosional dan yang membuat  uring-uringan tanpa sebab, mudah terharu, atau kadang jengkel pada seorang cowok yang sering mengganngunya namun kemudian menjadi gugup setengah mati dengan berbagai pujian darinya.
Kembali ke cermin, banyak kebingungan yang aku hadapi, namun aku mencoba untuk memecahakannya dan menempuh jalan sendiri, sedikitnya aku mulai paham atau paling tidak memahami dengan seksama melalui kesadaran.
Mengenai perubahan yang terus terjadi pada tubuhku, yang jelas aku akan selalu mencoba untuk berbahagia. dan berdamai dengannya. setidaknya untuk saat ini, dengan pengetahuan terbatas ayang kumiliki. Lalu aku berusaha mengendalikan apa yang bisa, dan bereaksi sebisa mungkin dengan penuh hat-hati. seandainyapun keliru seharusnya tidak terlalu fatal. yang jelas jangan sampai menjadi beban, apalagi membuat stress.
Aku sering membicarakan hal perubahan tubuh bersama teman-temanku. Mungkin aku yang begitu gampang menerima dengan baik perubahan yang terjadi, sebagian temanku malahan sering kelimpungan dan teriak-teriak dengan apa yang berubah pada tubuhnya. Sebagian yang lain memberikan gagasan mengenai cara untuk meningkatkan penampilan.
Sahabat dekatku Kaira, dia memilih tetap mengenakan jilbab yang dipakainya sejak kecil, cara berjilbabnya sederhana tapi sangat menawan, membuatnya tampak anggun dan lebih dewasa. Sering kali aku iri dengannya. Cantik dan solehah.. Tubuhnya tinggi, putih berseri-seri, meski tampak tenang tapi jangan sekali-kali menggodanya, dia bakalan galak dan bisa membuat malu cowok mengganggunya. Kebaikan hatinya luar biasa, aku sangat nyaman berada didekatnya. Dia pelindungku di sekolahan, terutama dari cowok-cowok yang sering menggodaku. Meskipun aku kalah cantik dari Kaira, tetap aja ada yang menggodaku, terutama yang nggak berani menggoda Kaira, jadi sering kali aku jadi sasaran.. Kaira tak bisa dibandingkan dengan siapapun, kecantikanya terpancar dari cara dia menatap dengan penuh ketulusan. Aku sering membandingkan Kaira dengan artis-artis di Sinetron.. tapi Kaira jauh lebih menawan. Tapi yang membuatku heran, Kaira sama sekali tak peduli dengan kecantikannya. Sementara sebagaian gadis yang lain sibuk dengan menunjukan kelebihan-kelebihanya dan menutupi kekurangannya.
Ada lagi yang lainnya, yang setiap hari menimbang badan dan sambil menyumpahi beratnya yang nggak kunjung berkurang..
Apa yang diajarkan ibuku memang sangat berguna,  memperbaiki penampilan memang penting tapi ada yang lebih penting yaitu menjaga sikap dan terus memperbaikinya. Ibuku juga bilang jika kita merasa sesuatu yang kurang pada wajah atau tubuh kita, setiap kali bercermin hanya itu selalu terlihat, seakan-akan dunia mau kiamat, padahal bagian yang lain dari tubuh kita sebenarnya sangat mempesona, entah rambutnya, atau matanya. Nggak usah terlalu ditonjolkan sehingga memenuhi semua yang ada, melainkan di sukuri dan dijaga. Setidaknya dengan itu rasa percaya diri kita meningkat.
Bagiku Kaira memiliki rupa yang sangat mempesona yang harus bergembira setiap hari, setiap bagun tidur dan menatap dicermin adalah wajah cantik tanpa perlu polesan. Anehnya dia sangat biasa saja, dia selalu bahagia tapi bukan karena berwajah cantik dan rupawan, tapi dia selalu bahagia.. entahlah, aku pikir seandainyapun dia bertubuh gembrot atau kurus kaya paku, dia akan tetap bahagia, baginya segala apa yang harus dimiliki haruslah diterima dan disukuri.. mungkin itulah salah satu jalan menjadi bahagia atas apa yang kita miliki. Belajar melihat gambaran yang lebih besar dan mengubah cara berpikir.
Akupun selalu bersukur atas apa yang dikaruniakan. Jangan selalu melihat kekurangan diri hingga tidak bisa menikmati hidup. Meski sering kujumpai para remaja yang mencoba berbahagia dengan menutupi sesutu yang menurutnya adalah kekurangan. Kata ibuku belajarlah menerima diri sendiri, kita bisa memilih untuk menerima keadaan sebagaimana adanya atau terus memikirkan perubahan perubahan pada tubuh kita seperti yang kita inginkan. Meluruskan rambut, mengganti-ganti warnanya mungkin masih biasa, tapi mentato alis bahkan operasi hidung agar mancung, membentuk dagu yang indah tentu sudah tidak wajar.

teringat dulu ketika aku marah saat aku mendapatkan hukuman dari ayah ibuku, untuk tidak keluar rumah, sepanjang hari diliputi rasa kesal, mengerutu. dan gundah gulana, Lama-kelamaan aku mulai menyadari bahwa perasaan semacam itu justru menyusahkanku sendiri.. Setelah aku memikirkan berbagai kesalahan sehingga aku terkena hukuman, aku mencoba untuk berjanji untuk tidak melakukannya lagi, Begitupun selama aku menghadapi hukuman tersebut aku berusaha untuk mengisi dengan aktifitas yang bisa aku kerjakan, menulis atau pun membaca buku. Tentu ini lebih baik daripada berlama-lama menggerutu dengan perasaan kesal sehingga menderita sepanjang masa hukuman itu.
Aku menyebutnya, menikmati hukuman.
Mungkin kejadiannya menyerupai bagaiman kita berdamai dengan bagian tubuh kita yang tidak kita senangi, senang tidak senang tubuh kita adalah milik kita yang harus kita terima, daripada sepanjang waktu kita menyesali dan berperang terhadapnya yang jelas tidak akan berubah.
Aku pikir merubah cara pandang kita sehingga kita nyaman dengan sesuatu yang mesti kita hadapi, berdamai dengan tubuhku yang tidak tidak tinggi, berdamai dengan kulitku yang tidak putih, badanku yang terlalu kurus.. atau juga buat temen-temenku agr berdamai dengan jerawat yang tumbuh, mulut yang maju, gigi yang berantakan dan banyak lagi.
Memandangi diri dari luar, meneliti bagian-bagaian tubuh.. semua harus disyukuri. Sebagian mungkin masih bisa dilakukan penyesuaian-penyesuaian kecil pada bagian tubuh, setidaknya menambah  unsur estetika yang tentunya bijaksana.
Bukankah dengan memandang dan mengevaluasi setiap bagian-bagian tubuh dan lalu menyadari semua kenyataan yang ada ini akan memperbaiki logika kita.
Ingat dulu, atau bahkan terkadang sekarang, membayangkan mempunyai wajah cantik seperti bintang film.. dan melakukan berbagai imaginasi.. hmm mungkin kelihatan konyol..
Namun sekarang ini, setelah meluangkan waktu untuk berpikir, merasakan, dan membandingkan dengan orang-orang yang bertubuh tidak sempurna.. Tentu aku segera intropeksi diri.. Setidaknya ini mengalihkan obsesi atas ketidak sempurnaan pada diriku.
Melihat, memperhatikan, memikirkan.. hmm begitu banyak energi yang hilang hanya pada satu hal ini saja. Mungkin sebagaian banyak remaja terkungkung pada masalah ini.. Memperbaiki penampilan, mengikuti mode yang sedang trend, memilah-milah, mematutkan diri.. hanya sebuah nilai nyaman yang dibayar mahal. Menyita waktu, mengambaikan berbagai hal yang lebih penting. Dan yang lebih parahnya, sebagian banyak temanku yang krisis kepercayaan diri hingga apa yang didapati didepan cermin adalah sebuah mahluk yang penuh kekurangan.
Tentu lelah dan penat.. dan aku sama sekali nggak mau terjebak.
 Kebersahajaan.. hmm mungkin sebuah kata yang melambung-lambung. Tapi itulah yang aku dapatkan.. Jangankan kekurangan, kelebihanpun kita hadapi dengan bersahaja.
Merencanakan langkah-langkah untuk memperbaiki apa yang menurut kita sebuah kekurangan, tentu hal yang baik, namun ada batas-batas kewajaran. Setidaknya kita harus bahwa menuruti hasrat hati tidak akan pernah terpenuhi. Janganlah pernah tersibukan hanya oleh hal ini hingga yang seharusnya kita lakukan justru terbengkalai.
Perlu ada keputusan untuk berbuat sesuatu, meski nggak mengikat, agar kita nyaman dengan kondisi kita tanpa merasakan berat dan penatnya memikirkan berbagai kekurangan diri. Sehingga kita lebih bisa berkosentrasi ke berbagai hal yang semestinya kita lakukan.
Seiring pertumbuhan kedewasaan, kita menciptakan berbagai barometer kenormalan, melalui pemikiran persepsi dan definisi.
Dulu aku sering sekali membadingkan diriku dengan temen-temen sekelasku, tentanggaku, atau orang yang aku jumpai dijalan, bahkan bintang film sekalipun, dan aku pikir normal, bahkan dengan demikina juga banyak pemikiran yang aku peroleh disamping untuk mengukur keberadaan diriku sendiri.
Tentu kebersahajaan perlu turut terlibat dalam menilai pandangan-pandangan yang aku dapatkan, menjaga agar kita tidak rendah diri apalagi menyombongkan diri. Ketika aku merasa lebih baik dari orang lain, lebih pandai, lebih populer tentu jangan sampai melenakan diri, apalagi ketika saatku ini adalah hanya pemikiran anak remaja yang belum dewasa. Aku harus menyadarinya dan jangan sampai rasa sombong apalagi pongah merasuki hatiku.
Mungkin sebagian temenku masih belum menyadari banyak hal, bahkan sebagian lagi mereka membuat standar yang aneh setidaknya menurtuku, tentang pandangan terhadap trend gaya mode kecantikan maupun ketampanan. Misalnya membandingkan dengan cowok sampul majalah lelaki maupun para covergirl. Kenormalan bagi mereka bergeser arah yang lebih tinggi menjadi sebuah impian yang harus dicapai, atau setidaknya buat bahan pembicaraan mereka, yang seakan-akan mereka adalah remaja masa kini.
Bagiku, berpenampilan secara wajar itulah kenormalan. Meski tak aku pungkiri ada dandan yang agak berbeda dengan orang lain sebagai cirikhasku tapi sepanjang tidak aneh, masih wajar saja. untuk hal ini aku pikir ketidak seragaman justru membuat harmonisasi semakin indah. Tentu kalo sebagian benyak orang mirip-mirip saja pasti akan meimbulkan kebosanan. Sisi-sisi kreatif setiap individu menimbulkan keunikan, dan yang terpenting bagiku adalah menghargai setiap perbedaan yang ada pada masing-masing orang, meskipun aku pikir adalh lebih baik atau lebih bijaksan bila seperti ini atau seperti itu. tapi bagaimanapun memandang mereka yang beda dengan tatapan kasing sayang merupakan hal yang selalu aku lakukan. Dan bagiku keunikan setiap temen-temenku kuhargai sebagai keistimewaan.
Temen-temanku adalah sebagian dari diriku, sejujurnya aku lebih menyenangi mereka dengan apa adanya mereka, dan akupun berharap mereka menyenangi diriku dengan apa adanya diriku.
Menjadi diriku saat ini tentu tidak pernah sama lagi dengan diriku nantinya, seperti halnya aku yang dulu. Semua berjalan, berubah, memasuki masa-masa baru bersama pemikiran yang berkembang, emosi yang mulai terkontrol.
Keberadaanku saat ini, adalah yang terasakan oleh tarikan nafasku,kesadaranku, dalam terpejamnya mataku, degup jantungku.
Menghadapi keberadaanku saat ini, adalah hal yang takkan pernah sama terulangi lagi. dan menjadikan kesadaranku pada puncak tertinggi, bersukur terhadap apa yang telah aku terima, menghormati perbedaan setiap individu, memahami kondisi diri, memikirkan berbagai keinginan dan hasratku, menentukan arah tujuan hidup dan membuka diri terhadap berbagai gagasan yang baru aku dapati.
Karena keberadaanku saat ini akan berbeda dengan keberadaanku nanti, seperti bedanya keberadaanku dulu.



 

AKSI = REAKSI

AKSI = REAKSI
kesuksesan itu real ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan fasilitator ataupun di tempat kita sekolah :) saya bisa ada di antara mereka karna upaya saya sendiri :)