Semburat senyum menyapa pagi, mengiringi indahnya tetesan
embun yang bergelayut di dedaunan, kicauan burung mengiringi suasana dingin
alam yang menyentuh qolbu menyegarkan jiwa dan pikiran yang lelah habis ditelan
kisah dramatis,mistis yang penuh akan hikmah yang baru saja kujalani..
Nama ku wulan, aku hanyalah seorang santri berusia 17thn
yang masih labil, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Aku di besarkan oleh
sesosok ayah yang luar biasa menjaga masa depan anaknya, dengan segala
keterbatasan kita beliau selalu mengingatkan untuk saling menolong sesama
muslim yang kesulitan, yang membutuhkan solusi, dan bahkan beliau mewanti-wanti
agar tidak setengah-setengah dalam menolong seseorang bahkan kita harus rela
berkorban untuk menolong orang yang benar-benar dalam kesulitan. Ayah memberi
aku kesempatan untuk mengenal banyak karakter seseorang dengan tidak membatasi
pergaulan ku dengan teman-teman di luar sana. Kepercayaan dari ayah untuk memperbanyak
wawasan ini sangat tidak aku sia-siakan, akupun menggila dalam pergaulan dengan
tetap teguh memegang syari’at islam. Mengenal segala karakter seseorang dengan
sungguh-sungguh. Aku tidak segan untuk kenal dengan seorang pemakai NARKOBA,
pemabuk, penadah barang, supir angkot, pengangguran, bahkan seorang pelacur pun
aku tidak segan untuk kenal dengan mereka. Aku hanya ingin melihat realita
kehidupan yang sesungguhnya, aku hanya ingin belajar dari seluk-beluk
perjalanan hidup mereka dengan segala keterbatasannya dengan harapan Allah akan memberi ku hikmah dan pelajaran
atas semua kejadian yang menimpaku sehingga membuat ku lebih bersyukur atas
semua nikmat yang telah Allah berikan.
Dia membuka mata hatiku.
Allah mengijinkan ku untuk mengenal sesosok manusia yang
tegar, dan kuat. Dia adalah sesosok remaja yang berusia 16thn, cantik, memiliki
tubuh yang kecil, berkulit putih, rambut yang ikal senyum yang manis, baik hati
dan tidak sombong. Dengan segala keterbatasan nya dia tidak segan menceritakan
seluk beluk kehidupan nya, keluarga nya, semuanya terkecuali ada satu hal yang
tidak aku ketahui, dan tidak pernah berani dia ceritakan padaku. Hanya saja
dari awal perkenalan ada sesuatu yang janggal, seolah ada rahasia yang tidak
boleh aku tau.
Dia adalah teman satu SD ku dulu, sedikit aku tau masa
lalunya, dan di pertemukan kembali ketika aku di bangku kelas 2 Muallimien
(SMA). Kondisi keluarga nya ternyata tidak seberuntung keluarga ku, Ayahnya
meninggal ketika dia duduk di bangku SMP kelas 2, pada saat itu keadaan ekonomi
nya mencukupi, hidup dengan kebahagiaan yang cukup dengan ketiga kaka dan satu
adik nya, katanya sih ayahnya kerja sebagai ahli terapi, tapi yang aku heran
ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu berada dalam satu ruangan yang tidak
boleh seorang pun memasukinya. Semenjak ayahnya meninggal kondisi keluarganya
kian berubah, kondisi ekonominya mulai
menipis apalagi dari anak ketiga sampai terakhir pada saat itu adalah masa
sekolah yang membutuhkan banyak biaya, keadaan ini benar-benar mencekik ibunya
yang pada saat itu secara tidak langsung menjadi sesosok ibu dan Ayah yang
mencari nafkah. Ketika Ayahnya meninggal, hanya menyisakan sebagian harta
berupa tanah berisikan bangunan yang belum jadi, dulu ayahnya mendapatkan itu
semua dengan menghabiskan uang sebesar 120jt. Karena keadaan ekonominya yang
mencekik, ibunya pun nekad menjual dengan harga 60jt itu pun hanya di bayar
50jt sisanya di tangguhkan, sungguh ironis. Uang yang 50jt itupun sangat tidak
terasa keberadaannya. Dipakai ngeredit motor, bayar tunggakan rumahnya yang
dulu, daftar masuk sekolah, bisnis warung yang sekarang bangkrut, shoping,
belanja, dan lain sebagainya. Sifat ibunya yang bisa di katakan boros malah
semakin menambah sulit kehidupan mereka. Allah mempertemukanku ketika kondisi
dia dan keluarganya benar-benar dalam keadaan nol, baik secara ekonomi ataupun
secara masalah intern kekeluargaan mereka. Setelah bekerja selama 2 thn
membantu ekonomi keluarga,kedua kaka nya yang paling besar pun kini sudah
menikah dan pisah rumah, semenjak itu ibunya sangat sulit menggantungkan hidup,
karena setiap mencoba berbisnis, pada akhirnya malah meninggalkan hutang dan
hutang, sangat ironis sekali. Di tambah lagi semenjak ayahnya meninggal
ternyata di balik itu semua ada sebagian hutang yang harus di selesaikan karna
ulah ayahnya, entah di pergunakan untuk apa, yang pasti nilai hutang nya tidak
kecil sampai berjuta-juta ada yang ke bank, rentenir, bahkan ke perorangan pun
pernah ada yang menagih sampai 10jt. Entah apa yang terjadi pada keluarganya
dan aku pun tak habis pikir semenjak semua itu terjadi keharmonisan keluarganya
malah semakin kacau, kaka laki-laki yang paling tua malah seolah memutuskan
hubungan keluargaan dengan alasan kesal, dan ingin fokus pada keluarganya, pada
awalnya kaka nya yang satu ini benar-benar membantu ekonomi keluarga dengan membayar
sekolah adik-adiknya, membayar sedikit demi sedikit hutangnya dan memberi
sedikit rizki untuk kehidupan orangtua dan adik-adiknya. Tapi apa daya, keadaan
yang terjadi benar-benar menutup dia pada rasa ikhlas untuk menolong sesama
muslim terlebih ini adalah keluarganya sendiri. Sangat ironis. ketika itu aku
di pertemukan dengan dia saat dia sedang ada masalah dengan keluarganya, dia
memutuskan untuk menginap di rumah ku. Aku sangat welcome ketika dia hendak
berbicara masalah penyakit yang di deritanya, aku sangat kaget ternyata dia
bilang bahwa dia terkena penyakit kelenjar getah bening di lehernya, dan itu
pun secara langsung aku lihat di bagian lehernya terdapat banyak benjolan-benjolan
yang menghawatirkan, setelah di periksa secara medis di rumah sakit ujung
berung, sangat sulit menemukan diagnosa
yang sesungguhnya karena ketika cek darah, urin, rongsen dsb semua nya negative
dan dia dinyatakan sehat, sedangkan benjolan-benjolan di lehernya terdiagnosa
kelenjar TBC. Semenjak tau hal itu, aku sangat empati kepada dia, apapun
dilakukan asalkan dia merasa tenang dan nyaman berada di sekitarku. Dia pernah
bercerita ketika dia berada di rumah sakit tanpa sengaja dia mendengar
pembicaraan kakanya yang laki-laki dengan dokter bahwa dia terkena kanker otak dan
di vonis umur nya hanya tinggal 3 bulan lagi..
Hatiku terpukul, rasa ibaku meledak menjadi tangis yang
penuh akan kebingungan bagaimana caranya agar aku bisa menolongnya, bagaimana
aku bisa membahagiakan nya dengan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin. Pada
awalnya aku masih kurang yakin bahwa dokter benar-benar memvonis hidupnya. Tapi
aku mulai yakin ketika aku sering melihat nya muntah darah.. benar-benar yakin
bahwa penyakit yang di deritanya bukan penyakit ringan.
Tapi yang aku heran stelah aku baca di internet masalah
kelenjar TBC, penyakit macam itu tidak membuat muntah darah apalagi darah yang
sering aku lihat ketika dia muntah adalah darah segar, itu sangat tidak logis
kalaupun mengeluarkan darah, keluar nya
itu berupa batuk darah bukan muntah darah. Aku kubur dalam-dalam rasa
keherananku itu dan tetap berkeyakinan bahwa dia sakit penyakit yang musti
sesegera mungkin di sembuhkan. Suatu hari sakitnya kambuh di sekolah,
muntah-muntah darah sangat parah sampai
tak sadarkan diri dan semenjak itu seisi sekolahnya tau bahwa dia sakit parah.
Alhasil sekolah menyarankan untuk mengambil cuti sekolah selama penyakitnya
belum sembuh. Dan pada akhirnya keseharian dia hanya di habiskan berdiam diri
di rumah sendiri dalam keadaan sakit, kakanya sekolah, adik dan ibunya kerumah
kakanya untuk sekedar numpang makan dan berdiam diri sampai sore menjelang.
Waktu di tinggal sendiri di rumahnya dia hanya di beri makan mie instant dan
telor itu pun minjam dulu ke warung terdekat.
Aku lemah ya Allah, aku merasa ragu untuk bisa menolongnya
sendirian karena ini berhubungan dengan financial, baik itu pengobatan secara terapi ataupun medis,
tetap harus ada uang.
Aku mulai berinisiatip untuk minta bantuan beberapa teman
untuk mengumpulkan dana pengobatan, tapi ketika dalam proses pengumpulan dana,
ternyata masalah lain datang, ibu nya benar-benar sudah tidak mampu membiayai
keluarganya, bahkan untuk sampai saat ini ibunya hanya bisa begantung pada
anak-anaknya yang sudah menikah dan itupun hanya sedikit membantu dari segi makan
sehari-hari saja, biaya mereka yang sekolah pun hanya bisa bergantung pada
surat SKTM. Kini aku benar-benar di hadapkan pada realita kehidupan, membuatku
menoleh ke bawah, merenung lemas, dan tak hentinya bersyukur atas nikmat yang
Allah beri. Rasa susah ku ternyata belum berarti apa-apa di mata mereka yang
keadaanya jauh lebih menghawatirkan. Melihat keadaan yang seperti itu, uang
yang baru sangat sedikit itu pun kami putuskan untuk di pakai modal sementara
membantu kesulitan mereka. Kami gunakan untuk membuat kerupuk seblak yang
natinya aku jual ke sekolah-sekolah. Tidak bertahan lama, usaha kami pun
gagal, karena dari hari kehari peminat
kerupuk seblak semakin berkurang usaha kami pun tidak bertahan lama. Padahal
pengorbanan ku cukup kuat, harus kesiangan berangkat sekolah karena ngambil
dagangan dulu, waktu istirahat tersita buat jualan, pulang sekolah pun ga
langsung istirahat tapi harus ke pasar belanja dsb.
Perjuangan itu di akhiri dengan senyum bahagia aku dan dia,
aku merasa menyatu dalam kehidupan karena kebersamaan kami yang benar-benar
solid tiada tanding, belajar banyak tentang pengalaman darinya , mencari hikmah
dan selalu senantiasa mengucap syukur bersamanya J
luar biasa Tuhan indahnya ukhuwah yang Engkau berikan ini J
Hari haripun berlalu,
kami hanya dapat memandang lepas langit dengan hamparan awan biru, indah dan
terasa rindang di sore itu, aku di kagetkan dengan suara rintihan dia dengan
memegangi kepala mungilnya dan merintih kesakitan, tidak lama setelah itu iapun
memuntahkan darah merah segar yang keluar dari mulut mungilnya, aku pandangi
ia, bibirnya kering, wajah nya tampak pucat terlihat lelah di bola matanya
seakan ada sesuatu yang di sembunyikan. Sungguh aku semakin tidak mengerti akan
penyakit yang ia derita, apapun penyakitnya itu, aku yakin pasti ada obatnya.
tak lepas di setiap sujudku aku memohon akan kesembuhan dia, akan kebahagiaan
dia, dan akan masa depan dia.
Satuhal yang paling aku kagumi darinya adalah tekad untuk
membahagiakan keluarganya sangat tampak besar terlihat di bola matanya, yang
seolah berkata, seandainya tidak merasakan lemas nya badan, berat nya kepala
dan sakitnya benjolan di leher ini aku akan menghapus setiap tangis adik yang
sangat jarang makan enak, juga air mata mamah yang iba melihat anak-anaknya
terlantar serta meringankan beban kakak ku yang hariharinya penuh akan cacian.
Akupun mulai membukakan relasi..
Hobi ku yang gila akan pergaulan ini memberikan inisiatip
pada diri agar mau membagi anugrah pada teman-temanku yang lainnya, aku pun
mulai mengenalkan satu persatu teman-temanku padanya, syukur diapun ternyata
sesosok remaja yang supel alhasil teman-teman ku banyak yang simpatik padanya,
terlebih dia baik, tidak sombong dan senang membantu. Kesempatan ini tidak aku
sia-siakan dengan seperti itu aku memohon kerjasama dan bantuannya untuk
menyembuhkan sakit yang ia derita, aku yakin dengan banyak teman-teman yang
peduli padanya kekuatan ini akan semakin kuat semakin kukuh untuk sampai pada
tujuan utama yaitu kesembuhan dia dan akhirnya kamipun setuju dan sepakat
untuk membawa dia ke sebuah alternative
herbal. Akan tetapi waktu berkata lain, pada saat itu bertepatan pada hari
selasa 3 april 2012, sedang berkunjung di rumah dia, ketika itu saya
merasa lega karna dia tidak sendiri di rumahnya, akan tetapi perasaanku tak
tenang entah mengapa. Ketika diperjalanan , aku yang pada saat itu berada di
angkutan umum menuju pulang dari sekolah mendapatkan sms dari temanku yang
sedang berkunjung dirumah dia, katanya dia muntah lagi dan dia ingin aku segera
berada di sampingnya. Saat itu bertepatan pada hari aku kelas musik, ketika itu
masih sempat-sempatnya aku berpikir akan di datang atau tidak, mungkin karena
aku terlalu sering melihatnya muntah dan setelah muntah ia kembali seperti
orang sehat lainnya, jadi aku tidak
terlalu khawatir. Akan tetapi pada saat itu lain, aku benar-benar ingin
menemuinya. Ketika itu hujan deras aku memutuskan untuk berhenti di depan gang
rumahnya. Akupun sesegera mungkin lari untuk cepat berada di rumahnya. Dengan
keadaan basah kuyup aku datang menghampirinya dan terihat ia terbaring lemas di
ranjang reot penuh debu tampak darah merah segar yang kering belepotan di kedua
pipinya, aku datang mengusap kepalanya dan berkata dengan sangat lembut “kamu
kuat nak..kamu akan kembali sehat” diapun menarik dan memeluk ku dengan erat
seperti ketakutan dengan isak tangis ia berkata “aku ga kuat terus seperti ini,
aku takut..” aku melepaskan peluknya menatap dengan penuh keyakinan dan berkata
“kamu pasti sembuh nak..Allah dekat dengan mu, tidak usah takut, bahkan Allah
lebih dekat dari urat nadi mu..”
Tanpa banyak diskusi aku dan temanku sesegera memanggil
ambulan dan membawanya ke
RSHS berharap disana akan mendapat sebuah pelayanan umat
yang memuaskan, aku dan temanku ‘gembling’ dengan berbekal uang tiga ratus
ribu, dan selembar kertas surat rujukan sktm ke RS.ujung berung, walaupun beda
rumah sakit tapi aku berharap ini akan meyakinkan mereka, bahwa dia sangat
membutuhkan bantuan pemerintah karena ketidak mampuan untuk berobat. Pada saat
itu tepatnya pukul 6.30 malam dia pun dibawa ke rs, masuk keruang ugd dan
langsung mendapat pelayanan dengan baik dan sangat cepat, akan tetapi aku
merasa janggal dengan pelayanan mereka, tak biasanya yang menggunakan jalur
sktm pelayanan nya bisa secepat itu..
#bersambung