Social Icons

dengan menyebut nama Allah

14/05/12

TRUE STORY


Semburat senyum menyapa pagi, mengiringi indahnya tetesan embun yang bergelayut di dedaunan, kicauan burung mengiringi suasana dingin alam yang menyentuh qolbu menyegarkan jiwa dan pikiran yang lelah habis ditelan kisah dramatis,mistis yang penuh akan hikmah yang baru saja kujalani..
Nama ku wulan, aku hanyalah seorang santri berusia 17thn yang masih labil, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Aku di besarkan oleh sesosok ayah yang luar biasa menjaga masa depan anaknya, dengan segala keterbatasan kita beliau selalu mengingatkan untuk saling menolong sesama muslim yang kesulitan, yang membutuhkan solusi, dan bahkan beliau mewanti-wanti agar tidak setengah-setengah dalam menolong seseorang bahkan kita harus rela berkorban untuk menolong orang yang benar-benar dalam kesulitan. Ayah memberi aku kesempatan untuk mengenal banyak karakter seseorang dengan tidak membatasi pergaulan ku dengan teman-teman di luar sana. Kepercayaan dari ayah untuk memperbanyak wawasan ini sangat tidak aku sia-siakan, akupun menggila dalam pergaulan dengan tetap teguh memegang syari’at islam. Mengenal segala karakter seseorang dengan sungguh-sungguh. Aku tidak segan untuk kenal dengan seorang pemakai NARKOBA, pemabuk, penadah barang, supir angkot, pengangguran, bahkan seorang pelacur pun aku tidak segan untuk kenal dengan mereka. Aku hanya ingin melihat realita kehidupan yang sesungguhnya, aku hanya ingin belajar dari seluk-beluk perjalanan hidup mereka dengan segala keterbatasannya dengan  harapan Allah akan memberi ku hikmah dan pelajaran atas semua kejadian yang menimpaku sehingga membuat ku lebih bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan.
Dia membuka mata hatiku.
Allah mengijinkan ku untuk mengenal sesosok manusia yang tegar, dan kuat. Dia adalah sesosok remaja yang berusia 16thn, cantik, memiliki tubuh yang kecil, berkulit putih, rambut yang ikal senyum yang manis, baik hati dan tidak sombong. Dengan segala keterbatasan nya dia tidak segan menceritakan seluk beluk kehidupan nya, keluarga nya, semuanya terkecuali ada satu hal yang tidak aku ketahui, dan tidak pernah berani dia ceritakan padaku. Hanya saja dari awal perkenalan ada sesuatu yang janggal, seolah ada rahasia yang tidak boleh aku tau.
Dia adalah teman satu SD ku dulu, sedikit aku tau masa lalunya, dan di pertemukan kembali ketika aku di bangku kelas 2 Muallimien (SMA). Kondisi keluarga nya ternyata tidak seberuntung keluarga ku, Ayahnya meninggal ketika dia duduk di bangku SMP kelas 2, pada saat itu keadaan ekonomi nya mencukupi, hidup dengan kebahagiaan yang cukup dengan ketiga kaka dan satu adik nya, katanya sih ayahnya kerja sebagai ahli terapi, tapi yang aku heran ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu berada dalam satu ruangan yang tidak boleh seorang pun memasukinya. Semenjak ayahnya meninggal kondisi keluarganya kian berubah, kondisi ekonominya  mulai menipis apalagi dari anak ketiga sampai terakhir pada saat itu adalah masa sekolah yang membutuhkan banyak biaya, keadaan ini benar-benar mencekik ibunya yang pada saat itu secara tidak langsung menjadi sesosok ibu dan Ayah yang mencari nafkah. Ketika Ayahnya meninggal, hanya menyisakan sebagian harta berupa tanah berisikan bangunan yang belum jadi, dulu ayahnya mendapatkan itu semua dengan menghabiskan uang sebesar 120jt. Karena keadaan ekonominya yang mencekik, ibunya pun nekad menjual dengan harga 60jt itu pun hanya di bayar 50jt sisanya di tangguhkan, sungguh ironis. Uang yang 50jt itupun sangat tidak terasa keberadaannya. Dipakai ngeredit motor, bayar tunggakan rumahnya yang dulu, daftar masuk sekolah, bisnis warung yang sekarang bangkrut, shoping, belanja, dan lain sebagainya. Sifat ibunya yang bisa di katakan boros malah semakin menambah sulit kehidupan mereka. Allah mempertemukanku ketika kondisi dia dan keluarganya benar-benar dalam keadaan nol, baik secara ekonomi ataupun secara masalah intern kekeluargaan mereka. Setelah bekerja selama 2 thn membantu ekonomi keluarga,kedua kaka nya yang paling besar pun kini sudah menikah dan pisah rumah, semenjak itu ibunya sangat sulit menggantungkan hidup, karena setiap mencoba berbisnis, pada akhirnya malah meninggalkan hutang dan hutang, sangat ironis sekali. Di tambah lagi semenjak ayahnya meninggal ternyata di balik itu semua ada sebagian hutang yang harus di selesaikan karna ulah ayahnya, entah di pergunakan untuk apa, yang pasti nilai hutang nya tidak kecil sampai berjuta-juta ada yang ke bank, rentenir, bahkan ke perorangan pun pernah ada yang menagih sampai 10jt. Entah apa yang terjadi pada keluarganya dan aku pun tak habis pikir semenjak semua itu terjadi keharmonisan keluarganya malah semakin kacau, kaka laki-laki yang paling tua malah seolah memutuskan hubungan keluargaan dengan alasan kesal, dan ingin fokus pada keluarganya, pada awalnya kaka nya yang satu ini benar-benar membantu ekonomi keluarga dengan membayar sekolah adik-adiknya, membayar sedikit demi sedikit hutangnya dan memberi sedikit rizki untuk kehidupan orangtua dan adik-adiknya. Tapi apa daya, keadaan yang terjadi benar-benar menutup dia pada rasa ikhlas untuk menolong sesama muslim terlebih ini adalah keluarganya sendiri. Sangat ironis. ketika itu aku di pertemukan dengan dia saat dia sedang ada masalah dengan keluarganya, dia memutuskan untuk menginap di rumah ku. Aku sangat welcome ketika dia hendak berbicara masalah penyakit yang di deritanya, aku sangat kaget ternyata dia bilang bahwa dia terkena penyakit kelenjar getah bening di lehernya, dan itu pun secara langsung aku lihat di bagian lehernya terdapat banyak benjolan-benjolan yang menghawatirkan, setelah di periksa secara medis di rumah sakit ujung berung,  sangat sulit menemukan diagnosa yang sesungguhnya karena ketika cek darah, urin, rongsen dsb semua nya negative dan dia dinyatakan sehat, sedangkan benjolan-benjolan di lehernya terdiagnosa kelenjar TBC. Semenjak tau hal itu, aku sangat empati kepada dia, apapun dilakukan asalkan dia merasa tenang dan nyaman berada di sekitarku. Dia pernah bercerita ketika dia berada di rumah sakit tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan kakanya yang laki-laki dengan dokter bahwa dia terkena kanker otak dan di vonis umur nya hanya tinggal 3 bulan lagi..
Hatiku terpukul, rasa ibaku meledak menjadi tangis yang penuh akan kebingungan bagaimana caranya agar aku bisa menolongnya, bagaimana aku bisa membahagiakan nya dengan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin. Pada awalnya aku masih kurang yakin bahwa dokter benar-benar memvonis hidupnya. Tapi aku mulai yakin ketika aku sering melihat nya muntah darah.. benar-benar yakin bahwa penyakit yang di deritanya bukan penyakit ringan.
Tapi yang aku heran stelah aku baca di internet masalah kelenjar TBC, penyakit macam itu tidak membuat muntah darah apalagi darah yang sering aku lihat ketika dia muntah adalah darah segar, itu sangat tidak logis kalaupun mengeluarkan darah,  keluar nya itu berupa batuk darah bukan muntah darah. Aku kubur dalam-dalam rasa keherananku itu dan tetap berkeyakinan bahwa dia sakit penyakit yang musti sesegera mungkin di sembuhkan. Suatu hari sakitnya kambuh di sekolah, muntah-muntah darah  sangat parah sampai tak sadarkan diri dan semenjak itu seisi sekolahnya tau bahwa dia sakit parah. Alhasil sekolah menyarankan untuk mengambil cuti sekolah selama penyakitnya belum sembuh. Dan pada akhirnya keseharian dia hanya di habiskan berdiam diri di rumah sendiri dalam keadaan sakit, kakanya sekolah, adik dan ibunya kerumah kakanya untuk sekedar numpang makan dan berdiam diri sampai sore menjelang. Waktu di tinggal sendiri di rumahnya dia hanya di beri makan mie instant dan telor itu pun minjam dulu ke warung terdekat.
Aku lemah ya Allah, aku merasa ragu untuk bisa menolongnya sendirian karena ini berhubungan dengan financial, baik  itu pengobatan secara terapi ataupun medis, tetap harus ada uang.
Aku mulai berinisiatip untuk minta bantuan beberapa teman untuk mengumpulkan dana pengobatan, tapi ketika dalam proses pengumpulan dana, ternyata masalah lain datang, ibu nya benar-benar sudah tidak mampu membiayai keluarganya, bahkan untuk sampai saat ini ibunya hanya bisa begantung pada anak-anaknya yang sudah menikah dan itupun hanya sedikit membantu dari segi makan sehari-hari saja, biaya mereka yang sekolah pun hanya bisa bergantung pada surat SKTM. Kini aku benar-benar di hadapkan pada realita kehidupan, membuatku menoleh ke bawah, merenung lemas, dan tak hentinya bersyukur atas nikmat yang Allah beri. Rasa susah ku ternyata belum berarti apa-apa di mata mereka yang keadaanya jauh lebih menghawatirkan. Melihat keadaan yang seperti itu, uang yang baru sangat sedikit itu pun kami putuskan untuk di pakai modal sementara membantu kesulitan mereka. Kami gunakan untuk membuat kerupuk seblak yang natinya aku jual ke sekolah-sekolah. Tidak bertahan lama, usaha kami pun gagal,  karena dari hari kehari peminat kerupuk seblak semakin berkurang usaha kami pun tidak bertahan lama. Padahal pengorbanan ku cukup kuat, harus kesiangan berangkat sekolah karena ngambil dagangan dulu, waktu istirahat tersita buat jualan, pulang sekolah pun ga langsung istirahat tapi harus ke pasar belanja dsb.
Perjuangan itu di akhiri dengan senyum bahagia aku dan dia, aku merasa menyatu dalam kehidupan karena kebersamaan kami yang benar-benar solid tiada tanding, belajar banyak tentang pengalaman darinya , mencari hikmah dan selalu senantiasa mengucap syukur bersamanya J luar biasa Tuhan indahnya ukhuwah yang Engkau berikan ini J
Hari haripun  berlalu, kami hanya dapat memandang lepas langit dengan hamparan awan biru, indah dan terasa rindang di sore itu, aku di kagetkan dengan suara rintihan dia dengan memegangi kepala mungilnya dan merintih kesakitan, tidak lama setelah itu iapun memuntahkan darah merah segar yang keluar dari mulut mungilnya, aku pandangi ia, bibirnya kering, wajah nya tampak pucat terlihat lelah di bola matanya seakan ada sesuatu yang di sembunyikan. Sungguh aku semakin tidak mengerti akan penyakit yang ia derita, apapun penyakitnya itu, aku yakin pasti ada obatnya. tak lepas di setiap sujudku aku memohon akan kesembuhan dia, akan kebahagiaan dia, dan akan masa depan dia.
Satuhal yang paling aku kagumi darinya adalah tekad untuk membahagiakan keluarganya sangat tampak besar terlihat di bola matanya, yang seolah berkata, seandainya tidak merasakan lemas nya badan, berat nya kepala dan sakitnya benjolan di leher ini aku akan menghapus setiap tangis adik yang sangat jarang makan enak, juga air mata mamah yang iba melihat anak-anaknya terlantar serta meringankan beban kakak ku yang hariharinya penuh akan cacian.
Akupun mulai membukakan relasi..
Hobi ku yang gila akan pergaulan ini memberikan inisiatip pada diri agar mau membagi anugrah pada teman-temanku yang lainnya, aku pun mulai mengenalkan satu persatu teman-temanku padanya, syukur diapun ternyata sesosok remaja yang supel alhasil teman-teman ku banyak yang simpatik padanya, terlebih dia baik, tidak sombong dan senang membantu. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan dengan seperti itu aku memohon kerjasama dan bantuannya untuk menyembuhkan sakit yang ia derita, aku yakin dengan banyak teman-teman yang peduli padanya kekuatan ini akan semakin kuat semakin kukuh untuk sampai pada tujuan utama yaitu kesembuhan dia dan akhirnya kamipun setuju dan sepakat untuk  membawa dia ke sebuah alternative herbal. Akan tetapi waktu berkata lain, pada saat itu bertepatan pada hari selasa 3 april 2012, sedang berkunjung di rumah dia, ketika itu saya merasa lega karna dia tidak sendiri di rumahnya, akan tetapi perasaanku tak tenang entah mengapa. Ketika diperjalanan , aku yang pada saat itu berada di angkutan umum menuju pulang dari sekolah mendapatkan sms dari temanku yang sedang berkunjung dirumah dia, katanya dia muntah lagi dan dia ingin aku segera berada di sampingnya. Saat itu bertepatan pada hari aku kelas musik, ketika itu masih sempat-sempatnya aku berpikir akan di datang atau tidak, mungkin karena aku terlalu sering melihatnya muntah dan setelah muntah ia kembali seperti orang sehat lainnya,  jadi aku tidak terlalu khawatir. Akan tetapi pada saat itu lain, aku benar-benar ingin menemuinya. Ketika itu hujan deras aku memutuskan untuk berhenti di depan gang rumahnya. Akupun sesegera mungkin lari untuk cepat berada di rumahnya. Dengan keadaan basah kuyup aku datang menghampirinya dan terihat ia terbaring lemas di ranjang reot penuh debu tampak darah merah segar yang kering belepotan di kedua pipinya, aku datang mengusap kepalanya dan berkata dengan sangat lembut “kamu kuat nak..kamu akan kembali sehat” diapun menarik dan memeluk ku dengan erat seperti ketakutan dengan isak tangis ia berkata “aku ga kuat terus seperti ini, aku takut..” aku melepaskan peluknya menatap dengan penuh keyakinan dan berkata “kamu pasti sembuh nak..Allah dekat dengan mu, tidak usah takut, bahkan Allah lebih dekat dari urat nadi mu..”
Tanpa banyak diskusi aku dan temanku sesegera memanggil ambulan dan membawanya ke
RSHS berharap disana akan mendapat sebuah pelayanan umat yang memuaskan, aku dan temanku ‘gembling’ dengan berbekal uang tiga ratus ribu, dan selembar kertas surat rujukan sktm ke RS.ujung berung, walaupun beda rumah sakit tapi aku berharap ini akan meyakinkan mereka, bahwa dia sangat membutuhkan bantuan pemerintah karena ketidak mampuan untuk berobat. Pada saat itu tepatnya pukul 6.30 malam dia pun dibawa ke rs, masuk keruang ugd dan langsung mendapat pelayanan dengan baik dan sangat cepat, akan tetapi aku merasa janggal dengan pelayanan mereka, tak biasanya yang menggunakan jalur sktm pelayanan nya bisa secepat itu..

#bersambung

1 komentar:

  1. Piqooooh ih aku penasaran siapakah temanmu itu, sepertinya aku pernah menemui org dg penyakit yg sama yg satu sekolah sama kamu, ntar cerita yah klo ketemuu :)

    BalasHapus

 

AKSI = REAKSI

AKSI = REAKSI
kesuksesan itu real ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan fasilitator ataupun di tempat kita sekolah :) saya bisa ada di antara mereka karna upaya saya sendiri :)