dan Hati yang Terbelah
“sedalam apa aku merindukan, sedalam itu pula derit luka kurasakan”
sepertinya, merindukanmu hanyalah kenikmatan fana, yg berbalas siksa. Aku mencintaimu setengah gila, lalu merindukanmu hingga dipenuhi luka sekujur tubuh, tapi kamu hanya diam. Iya, diam dalam ketidaktahuanmu, akan perasaan ini. Oke, benar kata kalian, teman teman. Memang aku yg salah. Mencintai seseorang yang tidak pernah mencintai ku sedikitpun, sama saja membanting hati secara paksa di atas pecahan kaca kaca. Pasti sakit.
Bodohnya, tetap kulakukan juga.
Mencintaimu diam diam adalah sebuah kesalahan. Hingga aku harus menahan rasa ini tanpa teman, dan menahan perihnya rindu sendirian. Belum lagi, jika ku tahui tanganmu
sudah bergandengan dengan tangan entah perempuan mana.
Mencintaimu memang salah. Tapi,
mengutarakan cinta padamu, bagiku adalah keliru. Sebab, dari dulu kamu sudah tidak pernah mau untuk memperjuangkan cinta itu dengan ku.
Mencintaimu, merindukanmu, mencintaimu, dan merindukanmu sama saja dengan merangkai manik manik luka, pedih. Tapi tetap saja, aku bersedia menikmati pedih ini
sendiri. Entah kapan ini semua selesai. Atau malah tak ingin kuakhiri?
Mencintai diam diam memang menguatkan.
Mungkin di suatu waktu, akan mendorong keras hatiku agar terjatuh, dan berantakan.
Hei, kamu!
Lihatlah daun daun yg berguguran di halaman rumah tempat kita pertama beradu kata. Seperti itulah aku tanpamu. Jatuh, pasrah, layu, seiring waktu mengering juga pada akhirnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar